Pengetahuan

Negara Pertama yang Mengakui Kedaulatan Republik Indonesia

Afif Dalma Afif Dalma
July 15, 2019
0 Comments
Home
Pengetahuan
Negara Pertama yang Mengakui Kedaulatan Republik Indonesia

Meski Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya secara de facto pada 17 Agustus 1945 oleh bapak Proklamator yaitu Soekarno-Hatta, tetapi secara de jure Indonesia masih harus membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lainnya supaya bisa diakui sebagai negara yang berdaulat.

Pada persyaratan ini, kita tertolong dengan adanya pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara Indonesia dapat berdaulat. Palestina dan Mesir adalah negara pertama yang memberikan dukungan untuk kemerdekaan Indonesia, hal ini dikutip dari buku "Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri" yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M. Zein Hassan Lc.

M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam bukunya pada halaman ke 40 yang menjelaskan mengenai peran nyata, opini dan dukungan dari Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia, di saat negara-negara lain belum berani untuk mengambil tindakan.

Peristiwa sangat bersejarah ini tentunya tidak banyak diketahui, terutama oleh generasi sekarang, bahkan mungkin juga para pejabat dinegeri ini. Dukungan yang diberikan Palestina bahkan telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hatta benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.

Saat itu Muhammad Ali Taher, seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia. Muhammad Ali Taher merupakan seorang pemimpin dan juga saudagar kaya dari Palestina. Dengan begitu spontannya, beliau langsung menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti sambil berkata: "Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia". Setelah peristiwa itu, barulah Mesir berani mengakui kedaulatan Republik Indonesia pertamakali pada tahun 1949.

Pengakuan resmi Mesir itu  menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Sesudah mendapatkan pengakuan dan dukungan penuh dari Mesir, Indonesia langsung berdiri sejajar dengan Belanda dan negara-negara merdeka lainnya dalam segala macam perundingan & pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.

Hal tersebut membuat negara-negara Arab memberikan dukungan penuh terhadap kemerdekaan Indonesia. Tokoh-tokoh besar di Mesir, Arab dan Islam membentuk sebuah organisasi bernama 'Panitia Pembela Indonesia '. Mereka (Pemimpin-pemimpin negara dan perwakilan dari Panitia Pembela Indonesia) sangat gigih mendorong diangkatnya isu Indonesia dalam pembahasan di dalam sidang di lembaga internasional PBB.

Terjadi demonstrasi besar-besaran di jalan raya untuk memberikan dukungan kepada Indonesia oleh masyarakat Timur Tengah. Waktu terjadinya peristiwa di Surabaya pada 10 November 1945 (yang saat itu menewaskan ribuan penduduk Surabaya) demonstrasi anti Belanda-Inggris terus merebak di Timur-Tengah khususnya Mesir. Masyarakat Timur-Tengah melaksanakan sholat ghaib di lapangan-lapangan dan masjid-masjid yang ada di Timur Tengah untuk mendoakan para syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.

Peristiwa yang sangat mencolok dari gerakan massa internasional adalah disaat momentum Pasca Agresi Militer Belanda ke-1, 21 juli 1947, pada 9 Agustus. Saat itu kapal pengangkut serdadu dan senjata milik Belanda (Kapal Volendam) telah sampai di Port Said.

Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir yang dimotori gerakan Ikhwanul Muslimin (persaudaraan kaum muslim), berkumpul di pelabuhan itu. Pada saat itu mereka mengibarkan mendera merah-putih sambil mengendarai motor boat sebagai tanda solidaritas. Selain itu, untuk  menghalau blokade terhadap motor-motor boat perusahaan asing yang ingin menyuplai air & makanan untuk kapal "Volendam" milik Belanda, mereka pun berkeliaran di permukaan air dan berupaya melewati Terusan Suez, hingga kembali ke pelabuhan.

Kemudian motor boat besar pengangkut logistik untuk "Volendam" bergerak dengan dijaga oleh 20 orang polisi bersenjata beserta Mr. Blackfield, Konsul Honorer Belanda asal Inggris, dan Direktur perusahaan pengurus kapal Belanda di pelabuhan. Tetapi hal tersebut tentunya tidak membuat gentar para buruh Mesir untuk melanjutkan deomnstrasinya.

Hanya Asyyahid Hasan Albanna tokoh gerakan islam yang aktif menyuarakan pembelaan terhadap Indonesia dibanding tokoh-tokoh lainnya. Asyyahid Hasan Albanna adalah seorang ulama besar dunia Islam di zamannya.



Pernyataan Tokoh dalam buku ini:

Drs. Moh. Hatta:
"Kemenangan diplomasi Indonesia yang dimulai dari Kairo. Berkat adanya pengakuan Mesir dan negara-negara Arab lainnya, Indonesia dapat menjadi negara yang merdeka dan berdaulat penuh, segala jalan tertutup bagi Belanda untuk surut kembali atau memungkiri janji, sebagai selalu dilakukannya di masa-masa yang lampau."

A.H. Nasution:
"Tercatatlah bahwa negara-negara Arab yang paling dahulu mengakui RI dan paling dahulu mengirim misi diplomatiknya ke Jogja dan yang paling dahulu memberi bantuan kepada diplomat-diplomat Indonesia di luar negeri. Negara-negara antaralain Mesir, Saudi-Arabia, Suriah, Irak, Yemen, memelopori pengakuan de jure RI bersama Afghanistan. Fakta-fakta ini merupakan hasil perjuangan diplomat-diplomat revolusi kita. Dan simpati terhadap RI jang tetap luas di negara-negara Timur Tengah merupakan modal perjuangan kita seterusnya, yang harus terus dibina untuk perjuangan yang ditentukan oleh UUD 1945 : "ikut melaksanakan ketertiban dunia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".
Usai Mesir, negara-negara lain turut ikut memberikan pengakuan kemerdekaan seperti Suriah, Irak, Lebanon, Yaman, Arab Saudi, dan Afghanistan

Blog authors

Afif Dalma
Afif Dalma
I'm a fast learner individual who loves the world of technology include: digital marketing, graphic design, blogging and programming.

No comments

Berkomentarlah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan sopan :)