Film Thunderbolts* berhasil menjawab ekspektasi dari para penggemar Marvel dengan menggunakan formula yang berbeda dari kebanyakan film Marvel Cinematic Universe (MCU). Hal ini bukan tanpa alasan, sebab Thunderbolts* menjadi film MCU pertama yang menampilkan crossover dari para mantan villain Marvel.
Tak hanya itu, vibes pada film ini pun kembali mengingatkan penggemar dengan film-film MCU sebelum fase keempat (Multiverse Saga) dimulai. Alih-alih menampilkan tone cerah ala Guardians of the Galaxy atau Captain Marvel, film ini justru dipenuhi dengan nuansa suram nan gelap yang identik dengan para penjahat.
Walaupun jadwal tayang Thunderbolts* sempat dimundurkan setahun, tetapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi penggemar untuk berekspektasi lebih. Dan benar saja, ini terbukti dengan banyaknya review positif yang diberikan oleh para kritikus untuk film tersebut.
Alhasil film Thunderbolts* dianggap sebagai pembeda hingga dikategorikan sebagai salah satu film MCU terbaik.
Kelompok "hancur" pertama di MCU
Thunderbolts merujuk pada sebuah kelompok yang diisi oleh karakter anti-hero di universe Marvel. Namun ada perbedaan yang signifikan antara Thunderbolts versi komik dengan versi film. Di versi film, Thunderbolts bukanlah nama resmi yang digunakan, dimana kelompok ini dibentuk oleh Valentina Allegra de Fontaine (Val) dengan tujuan untuk membentuk New Avengers di bawah komandonya.
Faktanya, kelompok ini justru terbentuk secara spontan dengan anggotanya yang diisi oleh orang-orang problematik yang beberapa diantaranya memiliki mental illness. Sebut saja seperti Yelena Belova yang pikirannya masih kacau setelah kehilangan saudara tirinya (Natasha Romanoff), John Walker aka U.S Agent yang cinta negara tapi haus validasi, juga Ghost dan Red Guardian dengan masa lalunya yang tragis.
Selain mereka, kelompok ini juga ikut diramaikan dengan hadirnya Bucky Barnes sang Winter Soldier. Sedangkan Taskmaster hanya menjadi pemanis di awal film saja, tetapi justru membuat penggemar merasa puas.
Disini penonton juga akan dijelaskan makna sebenenarnya mengapa film ini diberi judul Thunderbolts*. Yang jelas kelompok ini dibentuk sebagai upaya bagi anggotanya untuk menebus dosa dan trauma masa lalu mereka.
Plot sederhana tapi tetap bikin penasaran
Film ini tak sekedar menjadi jembatan untuk film-film MCU selanjutnya, tetapi juga menjadi sebuah cerita mandiri. Meskipun plotnya begitu sederhana, tetapi terdapat aspek yang membuat penonton penasaran ketika menonton film ini.
Selain itu, tak banyak twist yang dihadirkan di sepanjang film, tetapi Marvel Studio kembali menyinggung soal politik walaupun porsinya tidak sebanyak seperti di Captain America: Brave New World.
Sayangnya pendalaman cerita tiap anggota Thunderbolts ini tidak begitu merata, sehingga penonton mungkin merasa kalau Yelena benar-benar menjadi tokoh sentral di film ini. Dia juga memainkan peran leader bagi kelompok Thunderbolts. Padahal secara histori karakter, sebenarnya Bucky lebih cocok untuk menjadi pemimpin mereka.
Konflik di film ini pun berkutat pada sosok Valentina Allegra de Fontaine yang berniat menghacurkan Yelena dan yang lainnya, kemudian mencoba membuat konspirasi untuk kepentingan politik.
Unsur komedi yang pas tidak dilebih-lebihkan
Meskipun film ini disajikan dengan cerita yang kelam dengan adegan laga yang brutal, tetapi Marvel Studio tetap tahu cara menghibur para penontonnya. Komedi yang tersaji di sepanjang film juga tidak dilebih-lebihkan seperti di film Thor: Love and Thunder.
Mereka tetap membawakan jokes ala Marvel tapi kali ini lebih ditujukan untuk karakter-karakter problematik. Alhasil hal ini mampu meredakan ketegangan penonton ditengah cerita film yang begitu suram.
Debut Sentry sebagai rekan sekaligus lawan
Debut Robert Reynolds aka Bob alias The Sentry benar-benar mencuri perhatian. Bob sendiri merupakan pria dengan keterbelakangan mental yang berupaya mengubah hidupnya dengan menjadi objek penelitian Valentina untuk menciptakan seorang prajurit super yang disebut sebagai Sentry.
Hasil dari eksperimen tersebut membuat Bob memiliki kekuatan dewa yang melebihi Avengers. Sayangnya kehadiran Sentry juga membawa sosok supervillain yang dikenal sebagai The Void. Pada dasarnya The Void merupakan kepribadian jahat dari Bob, sosok ini membawa malapetaka karena kekuatannya mampu menghapus keberadaan seseorang dalam sekejap.
Dengan kekuatan yang imba, The Void tentu menjadi musuh yang mustahil dikalahkan oleh tim Thunderbolts. Satu-satunya yang bisa mengimbangi The Void hanya Sentry itu sendiri. Walaupun awalnya Sentry sempat berseteru dengan Yelena dkk, tetapi pada akhirnya dia memilih bergabung dengan Thunderbolts.
Kesimpulan
Meskipun Thunderbolts* mejadi film dengan cerita mandiri, pendalaman tiap karakter masih terkesan kurang. Alhasil sebelum menonton film ini, alangkah baiknya untuk menyaksikan terlebih dahulu series dan film MCU sebelumnya untuk lebih mengenal masing-masing anggota Thunderbolts.
Dan andai saja Thaddeus "Thunderbolt" Ross bergabung di film, tentu kehadirannya akan sangat menarik. Meskipun nyatanya julukan Ross tidak ada sangkut pautnya dengan makna yang dijelaskan di film, tetapi setidaknya bisa menjadi sebuah cocoklogi yang menarik.
Film ini memiliki dua credit scene yang salah satunya menjadi penghubung dengan film selanjutnya yakni Fantastic Four: First Steps yang akan tayang bulan Juli mendatang.
No comments